Minggu, 27 Maret 2011

Tren Hidup di Rumah Susun

Dulu, ketika kita masih mempertahankan konsep "rumah harus menjejak tanah" atau landed house, kita rela menempuh perjalanan antara 40 hingga 60 Km untuk pulang-pergi dari rumah di bilangan Bekasi atau Tangerang menuju kantor di Jakarta setiap hari. Namun seiring dengan meningkatnya kemacetan, kenaikan harga BBM, dan semakin tidak rasionalnya harga rumah di pinggiran Jakarta, maka pilihan untuk hidup vertikal di rumah susun (yang meskipun kecil dan tidak berhalaman, namun dekat dengan tempat kerja) tampaknya tidak dapat ditolak lagi. Tinggal di rumah susun, mungkin merupakan salah satu solusi untuk menghindari masalah kemacetan dan mahalnya biaya transportasi yang dihadapi oleh warga kota Jakarta.

Bagi masyarakat menengah ke bawah, hidup vertikal dapat dilakukan di rumah susun sederhana milik (Rusunami) seperti yang 5 tahun belakangan ini mulai banyak dibangun. Di jakarta saja, hingga tahun 2011 ini, paling tidak sudah ada 30 rusunami yang siap dihuni. Lepas dari beragam masalah ketidak sesuaian kepemilikan/peruntukan yang acap dikemukakan, tinggal di rumah susun sudah pasti akan menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat kota besar Indonesia.

Adalah menarik memperhatikan tren ini, sebagai sebuah hal/budaya/nilai baru, hidup bersama secara vertikal ini pasti membawa banyak "masalah" pada awalnya. Beberapa kebiasaan yang dapat dilakukan secara leluasa di landed house sudah pasti berpotensi membawa pertikaian jika langsung dibawa ke gaya hidup vertikal di rumah susun. Kegiatan memeras pakaian basah dan menjemurnya, memasak makanan dengan proses yang menciptakan asap/bau menyengat, membuang air bekas mengepel ke "tanah belakang", membuang puntung rokok melalui jendela, misalnya, mungkin perlu sedikit disesuaikan dalam tata kehidupan baru di rumah susun. Penghuni baru rumah susun, mungkin perlu melalui semacam "masa orientasi" yang dipandu secara terstruktur oleh pengelola unit rumah susun agar dapat menyesuaikan diri dengan gaya hidup baru tersebut secara lebih cepat dan sesuai dengan harapan bersama. Masa orientasi juga memperkecil potensi konflik antara penghuni lama dan pendatang baru.

(foto diambil dari klasik.kontan.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar